MINGGU OKULI, 12 MARET 2023
MENYEMBAH ALLAH DENGAN SEPENUH HATI
Mazmur 95: 1-11
Pernahkah Anda merasa jengkel ketika pandangan atau
nasihat yang Anda berikan sama sekali tidak diperdulikan oleh orang lain? Atau pernahkah
pandangan atau nasihat Anda langsung ditolak oleh orang lain, mereka menganggap
pandangan atau nasihat Anda itu tidak cocok baginya? Mengapa seseorang
seringkali mengeraskan hati tidak mau mendengar dan menerima pandangan dan
nasihat orang lain terhadap dirinya? Salah satu sebabnya adalah manusia pada
umumnya tidak sabaran untuk mendengar dan untuk mengerti, bahkan langsung
menganggap sudah mengerti! Karena itu sering gagal untuk berpikir secara jernih. Langsung menolak begitu saja pandangan atau nasihat yang sudah kita
anggap tidak selaras dengan pandangan atau keyakinan yang dimiliki, tanpa mau
memikirkan sisi perbedaan pandangan itu dengan lebih jelas.
Dalam khotbah Mazmur ini, bagaimana umat Israel mendapat
peringatan dari Tuhan.
Peringatan mengenai apa? Peringatan
mengenai kekerasan hati umat kepada Tuhan yang telah dilakukan orang tua mereka
di Meriba dan Masa (Kel.17: 1-7; Bil.20: 1-13). Umat Israel pada waktu itu mengeraskan hatinya terhadap
suara Tuhan. Suara Tuhan amat sangat jelas: Ia akan menyertai umat-Nya dalam
perjalanan ke tanah perjanjian. Namun umat lebih percaya dan mendengar suara dan keinginan mereka
sendiri. Ketika mereka menderita karena kekurangan makanan dan air minum,
mereka meragukan penyertaan Tuhan. Umat Allah pada zaman pemazmur diajak untuk bisa lebih
jelas dan lebih jernih mendengar suara Tuhan. Suara Tuhan, yang menyatakan
kehendak dan kebenaran-Nya, bisa tertutup dan samar oleh kekhawatiran, oleh ketakutan
dan oleh keinginan umat, sehingga menyebabkan umat memilih suara mereka sendiri
yang mereka anggap paling baik dan paling benar. Ketika umat pada zaman pemazmur khawatir karena
kelaparan dan kehausan yang mereka alami, mereka diajak untuk memberikan
respons yang berbeda dengan pendahulu mereka. “Janganlah
keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun.”
(ay.8).

Komentar
Posting Komentar