SEJARAH SINGKAT HKBP CIBITUNG RESORT SOLA GRACIA CIBITUNG DISTRIK XIX BEKASI
SEJARAH SINGKAT HKBP CIBITUNG
RESORT PERUMNAS II BEKASI
SEKARANG
RESORT SOLA GRACIA CIBITUNG
RESORT KE 16 DI DISTRIK XIX BEKASI
Semula tidak ada yang
dapat membayangkan tempat Ibadah HKBP Cibitung harus berada di pinggir
Perumahan Pondok Tanah Mas. Terletak di
Kampung Utan RT 02 RW 08 Desa Wanasari Cibitung, berada di daerah perkampungan
pada sebidang tanah 520 m2 sebelumnya merupakan kontrakan 6 pintu dengan ukuran
10m x 18m lalu dirombak menjadi 4 pintu mampu memuat 200 kursi plastik.
Sebagaimana wujud awalnya tempat ibadah ini tidak nampak seperti bangunan
gereja, lebih mirip rumah kontrakan.
Bagaimana perkembangan
Jemaat ini di masa datang? Ada baiknya kita kita lihat sejarah perjalanan
jemaat HKBP Cibitung. Semoga dengan belajar dari apa yang terjadi pada masa
lalu mampu mempersiapkan langkah yang lebih baik di masa depan dan mampu
memberikan gambaran atau inspirasi yang bermanfaat bagi jemaat dan parhalado
sehingga mampu membina kelestarian yang monumental pada generasi yang akan
datang.
Jemaat ini digagas oleh
17 kepala keluarga (KK) pada saat itu orang Batak yang berdomisili di Cibitung
sudah lebih dari 100 KK dan berkebaktian di Gereja Kristen Oikumene (GKO), HKBP
Duren Jaya Perumnas III, dan sebagian lain di Jakarta. Disepakati oleh kelompok
17 KK ini untuk mengadakan parmingguon dari rumah ke rumah, diadakan di rumah
keluarga :
Butarbutar
Pol. Harianja br Siabrani
M. Butarbutar br Hutagalung
P. Hutauruk br Bakara
Diuluhon dari utusan
Zending HKBP
Kebaktian (Parmingguon)
dapat berjalan dengan baik dan kemudian dipilihlah calon Sintua (C. St) 7 orang
terdiri dari:
M. Simorangkir
P. Hutauruk
A. Sihotang
Ny. M. butarbutar br Hutagalung
R. Simanjuntak
G. W. Siahaan
T. Lumbantobing
St. L. Sianipar (Sudah
ditahbiskan)
Dibentuk kemudian Tim
Pencari Tempat yang bertujuan untuk mewujudkan keinginan dan keharusan anggota
jemaat untuk dapat berkumpul dalam satu Kebaktian Minggu di sekitar Pondok
Tanah Mas. Setelah dua bulan kebaktian berjalan dari rumah ke rumah, Tuhan
mengabulkan keinginan jemaat melalui bapak Ngatman, rumahnya diberikan untuk
dijadikan tempat memuji Tuhan, diberikan 2 unit ditambah huk. Beralamat di Jl.
Flamboyan III D 48 No. 1 dan 2 Pondok Tanah Mas.
Setelah dilakukan
beberapa perombakan dan perbaikan pada rumah yang telah disepakati maka
kebaktian I di jalan Flamboyan dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 1991 bertepatan Hari Kebangkitan Nasional. Setelah kebaktian
I ini kabar tentang adanya kebaktian HKBP Cibitung tersiar dengan cepat dan
dalam waktu yang relatif singkat jemaat telah mendaftar mencapai 50 KK belum
lagi mengingat letak tempat kebaktian ini di dekat Kawasan industri maka para
pemuda/i Batak karyawan perusahaan berdatangan untuk berkebaktian di tempat
ini. Atas berkat Tuhan parmingguon yang dilaksanakan di ruang yang sangat
sederhana, berjalan terus dengan baik dan setia.
(Pada hari yang ditentukan)
setelah 7 (tujuh) bulan berjalan atau 28 minggu kebaktian, tepat merencanakan
Natal di bulan Desember 1991, ruangan ibadah ini dirusak dan dikotori beserta
mimbarnya oleh sekelompok orang yang tidak bertanggungjawab. Setelah kejadian
tersebut jemaat sepakat untuk membentuk tim untuk mengurus izin mendirikan
gereja. Parhalado pun menyampaikan administrasi jemaat untuk menjadi pagaran
Resort Perumnas II Bekasi, walau pada saat itu resort Perumnas II Bekasi dalam
masa persiapan dipimpin oleh Pdt. M. T. Siagian, S. Th.
Kebaktian berjalan
seperti biasa dan di awal tahun 1992 seiring dengan bertambahnya jemaat maka
pada bulan Maret 1992 St. R. Simanullang mendaftarkan diri menjadi jemaat
Cibitung, beliau sebelumnya sudah ditahbiskan menjadi Sintua pada tahun 1986 di
Hutatonga Resort Sidikalang. Gangguan dari sekelompok orang terus terjadi namun
tidak menurunkan semangat jemaat dan parhalado dari tekad semula karena
keyakinan bahwa berdirinya tempat ibadah ini merupakan kehendak Tuhan. Namun
aparat pemerintahan akhirnya memanggil majelis untuk datang ke kantor KODIM
Bekasi pada waktu itu dipimpin oleh J. Siahaan yang di akhir pertemuan berpesan
perlunya pendekatan pada lingkungan dan para Ulama setempat.
Pada bulan Agustus 1995
anggota jemaat telah mencapai 80 KK dan Pendeta Resort mengusulkan pendeta
diperbantukan akan bertugas di setiap pagaran. Pdt. H. Pakpahan ditugaskan ke
Harapan Jaya, Pdt. R. Pardosi ke Taman Wisma Asri dan Calon Pendeta N. br Nababan
bertugas di HKBP Cibitung.
Pada perkembangannya
disepakati untuk merehab dan memperluas bangunan tempat ibadah hingga ke areal
huk tentunya setelah mendapat izin dari pemilik yaitu Bpk. Ngatman. Demi
melihat perkembangan yang begitu membaik Bpk. Ngatman akhirnya menjual rumah
itu ke HKBP Cibitung.
Pada hari Minggu Exaudi,
19 Mei 1996, Cln. Pdt. N. br Nababan ditahbiskan di HKBP Bogor dan jemaat ini
memberi selamat (ditamuei) di Resort Perumnas II Bekasi. Namun beberapa bulan
kemudian gangguan dan ancaman datang lagi dari sekelompok orang yang bertanya
sampai kapan HKBP beribadah di tempat itu lalu parhalado serta beberapa
masyarakat berunding menyepakati dalam waktu setahun.
Di dalam satu tahun
jemaat berserta parhalado bekerja keras untuk mencari tempat yang paling
memungkinkan, tetapi Tuhan belum mengizinkan atau menunjukkan jalan kepada
jemaat karena satupun tidak ada tempat yang cocok tempat pembangunan ibadah,
adapun tanah seluas 220 M2 di Kp. Utan di dekat rel KA juga di dekat areal
pemakaman. Sebenarnya tokoh masyarakat mengatakan segera dibangun namun beberapa
jemaat tidak sependapat karena satu dan lain hal. Pembangunan pun tidak
terlaksana di lahan tersebut.
Satu tahun hampir
berlalu, Natal sudah semakin dekat jemaat semakin waswas apakah akan peristiwa
perusakan tempat ibadah akan terjadi lagi? Perayaan Natal HKBP Cibitung
diadakan di Hotel Perdana namun kebaktian penutup tahun dilaksanakan di tempat
ibadah biasa.
(Pergumulan ke II)
Selamat tinggal tahun 1996 selamat datang tahun 1997, pada tanggal 5 Januari
1997 pertama kali kebaktian di tahun yang baru di mana kebaktian dewasa dan
Sekolah Minggu digabung, tiba-tiba saja datang sekelompok orang membawa golok,
martil, linggis, pentungan, datang untuk mengusir jemaat dengan maksud untuk
menutup tempat ibadah tersebut. Di tengah ketakutan yang dalam, anak-anak menangis
dan beberapa ibu menjerit berteriak minta tolong “Tolong kami Tuhan… Tolong
kami Tuhan…” sebagian meninggalkan tempat kebaktian, sebagian lagi tinggal di
tempat untuk memantau keadaan.
Sedemikian perihnya
penderitaan yang terjadi pada jemaat, namun parhalado dan pendeta tidak patah
semangat. Segera diadakan rapat untuk menentukan tempat utuk kebaktian
berikutnya. Beberapa keluarga membuka hati dan tempat atau rumahnya untuk
dijadikan tempat kebaktian, mereka adalah: Cln. St. P. Hutauruk br Bakara,
Cln. St. T. Lumbantobing br Hutabarat, B. M. Sihombing br Hutapea dan
sebahagian di rumah jemaat lain. Beberapa bulan berjalan kebaktian tersebut,
Tuhan memberi kasih-Nya kepada jemaat melalui keluarga M. Marbun br Siregar
yang dengan penuh hati dan suka cita membuka pintu rumahnya menjadi tempat
kebaktian yaitu yang beralamat di Jl. Bosih Raya E4 No. 7 Pondok Tanah Mas.
Setelah beberapa minggu
kebaktian disepakati oleh parhalado dan pemilik rumah untuk memindahkan kamar
yang berada di bawah untuk dipindahkan ke atas tentunya dengan membangunnya
lebih dahulu. Ruangan kebaktian menjadi lebih luas, tidak lagi menggunakan
tikar sebagaimana sebelumnya karena kursi plastik telah dapat digunakan. Jemaat
semakin bertambah karena suasana kebaktian berjalan dengan sangat baik dan
khidmat sehingga beberapa jemaat yang sempat pindah, kembali berkebaktian ke
HKBP Cibitung. Pada periode ini dilakukan pendataan ulang jemaat karena pada
waktu yang sama Manurung, Drs. R. Situmorang, Cln. St. T. M. Napitupulu yang merupakan
juga jemaat yang awalnya turut membuka gereja HKBP Cibitung Resort Perumnas II
Bekasi.
Pelaksanaan ibadah pada
periode ini dibagi 3 lokasi yaitu:
1. Kebaktian
umum di rumah M. Marbun br Siregar
2. Kebaktian
remaja di rumah Riana br Silalahi dan H. Harianja br Simamora
3. Kebaktian
Sekolah Minggu di rumah T. Lumbatobing br Hutabarat
Seiring dengan
berjalannya waktu maka dilakukan penahbisan sintua yang dilakukan di gereja
HKBP Perumnas II Bekasi. Sintua yang ditahbiskan adalah:
1. St.
G. W. Siahaan
2. St.
T. Lumbantobing
3. St.
P. Hutauruk
4. St.
O. Sijabat
5. Sr.
R. Aritonang
6. St.
Ny. Butarbutar br Hutagalung
Jemaat pun bertambah dan
menurut data statistik 1999 sudah berjumlah 90 KK dan kemudian dilakukan
penambahan Calon Sintua yakni: Cln. St. S. L. Sidabutar, Cln. St. A. Gultom
dari Kartika Wanasari dan Cln. St. B. Sihombing dari Citra Villa. Melihat
semakin bertambahnya jemaat dan sesaknya tempat kebaktian akhirnya diputuskan
untuk mengadakan 2 kali kebaktian: Pkl. 08.00 Wib berbahasa Indonesia dan Pkl.
10.00 Wib berbahasa Batak.
Selama dua tahun berjalan
akhirnya dilakukan pencarian dana untuk merenovasi rumah huria yang sebelumnya
merupakan tempat kebaktian terdahulu. Setelah dana terkumpul dan rehabilitasi
rumah selesai maka rumah tersebut akhirnya dipakai menjadi rumah tinggal
Pendeta di mana sebelumnya pendeta tinggal di rumah kontrakan yang disediakan
oleh huria. Rumah tersebut pun dijadikan kantor sekretariat HKBP Cibitung
Resort Perumnas II Bekasi yang beralamat di Jl. Flamboyan III D 48 No. 1 Pondok
Tanah Mas.
Kebaktian berjalan dengan
baik dan program internal maupun eksternal dapat terlaksana dengan baik walau
dirasakan hasilnya kurang memuaskan, maka di bulan Desember 2001 parhalado
membentuk rapat parhalado dan memilih fungsionaris jemaat ini untuk melaksanakan
dan merumuskan program kerja tahun 2002 akhirnya terpilih St. R. Simanullang
menjadi Wakil Guru Huria dan pada bulan Januari 2002 dilantik oleh Pdt. N. br Nababan
di hadapan jemaat.
(Pergumulan ke III) di
awal tahun 2002 karena satu dan lain hal keluarga M. Marbun berencana untuk
menjadikan tempat tersebut menjadi tempat usaha. Akhirnya setelah melalui rapat
antara jemaat dan parhalado (tidak dihadiri oleh pendeta karena sedang cuti)
disepakati untuk memakai rumah Ir. J. Manurung, disepakati sebelumnya dilakukan
pembangunan dinding tembok yang didanai oleh huria. Minggu I Juni 2003
merupakan kebaktian pertama kali di rumah Ir. J. Manurung yakni di Jl. Bosih
Raya 5. Di tempat ini jemaat bertambah hingga mencapai 110 KK, di tempat ini
pula Calon Sintua ditahbiskan pada bulan Juli 2002, yakni St. S. L. Sidabutar
dan St. B. Sihombing.
Enam bulan berselang
majelis menerima surat dari kepala desa yang berisi pernyataan untuk tidak
menjadikan rumah tinggal sebagai tempat kebaktian, jemaat benar-benar menjadi
resah karena tidak ada satu pun tempat yang telah diusahakan diberikan izin.
Akhirnya disepakati oleh jemaat dan parhalado untuk bertahan, begitu juga
pemilik rumah karena ada jaminan dari Huria satu genteng pun yang pecah jika
terjadi penyerangan akan diganti Huria. Namun belum lagi seminggu perwakilan
keluarga Manurung datang saat Sermon dilakukan dengan membawa pesan bahwa
pemilik rumah tidak lagi bersedia menjadikan rumahnya menjadi tempat kebaktian.
Parhalado sangat menyesalkan kejadian ini, namun setelah melalui rapat keluarga
T. Hutabarat br Simorangkir (Bidan Debora) membuka hati dengan memberikan ruko
yang sebelumnya dijadikan garasi menjadi tempat kebaktian. Tempat ini sangat
berdekatan dengan rumah keluarga Ir. J. Manurung. Kebaktian di tempat ini sementara
waktu dijaga oleh Jasa Sitompul seorang warga nonKristen yang bersimpati
terhadap kelangsungan hidup beragama.
Parhalado dan jemaat
kemudian membentuk satu tim pembangunan dengan target pengurusan izin pendirian
rumah ibadah (gereja) dikonsentrasikan pada lokasi yang sebelumnya bukan rumah
tinggal tetapi suatu lahan yang dapat dijadikan suatu bangunan gereja kelak.
Akhirnya didapat lahan seluas 520 M2 di dalamnya terdapat rumah petak kontrakan
6 pintu yang dibeli dari pemilik O. Nababan dengan harga Rp. 110.000.000,-
lahan tersebut telah memiliki sertifikat namun hingga kini belum balik nama.
Atas kesepakatan tim pembangunan, parhalado, Pdt dan jemaat diputuskan untuk
tidak segera memasuki timpat tersebut sampai keadaannya cukup membaik.
(Pergumulan IV) Di akhir
Agustus 2003 tanggal 31, tepat pada pukul 11.00 Wib saat kebaktian sebelum
dinaikkan Doa Aku Percara, tiba-tiba sekelompok orang berjubah hitam dan putih
menyerang dan memaksa jemaat untuk segera menghentikan jalannya kebaktian. Sebagian
jemaat wanita dan kaum ibu menangis sambil menyelesaikan Doa Aku Percaya yang
dipimpin oleh Pdt. N. br Nababan. Selesai menaikkan doa, pendeta menyarankan
kepada jemaat untuk pulang dan berdoa serta berteguh hati dalam penderitaan,
jemaat pun pulang dengan air mata. Pada penyerangan ini disaksikan pula oleh
pihak kepolisian, koramil, kepala desa dan warga lain serta beberapa wartawan
lokal.
Pdt. N. br Nababan segera
mengumpulkan parhalado pada hari yang sama, tim pembangunan dan sebagian jemaat
di rumah huria untuk menyikapi kejadian ini dan segera melakukan konsolidasi.
Akhirnya disepakati di dalam minggu itu akan dilakukan rapat untuk menentukan
tempat kebaktian selanjutnya. Pada rapat kemudian yang dilakukan setelah jam
kerja, sebelumnya beberapa usulan adalah segera memasuki lahan yang sudah
dibeli, namun pada akhirnya disepakati untuk kembali bergerilya berkebaktian
kembali dari rumah ke rumah. Pada saat itu beberapa rumah yang bersedia adalah
rumah keluarga P. Sihombing br Harianja di Regency I, A. Gultom di Kartika
Wanasari, H. Harianja br Simamora di Pondok Tanah Mas, P. Nababan br Silaban
di Regency II, B. Sihombing br Doloksaribu di Citra Villa dan M. T. Siahaan br
Manurung di Tridaya. Kebaktian tersebut berjalan selama 7 bulan dilakukan 2
kali kebaktian dalam seminggu pada jam berbeda dan tempat berbeda. Pada kurun
waktu ini dipilih dua ornag Calon Sintua yakni Ny. Simamora br Banjarnahor
dari wilayah III dan VI serta Bpk. Panggabean dari Wilayah I dan II.
(Sukacita) Pada kurun
waktu 7 bulan tersebut, Tuhan membuka hati 2 orang warga nonkristen yang
juga termasuk tokoh masyarakat setempat untuk menjadi penghubung dalam usaha
mengumpulkan tanda tangan pernyataan tidak berkeberatan dilakukan kebaktian
pada lahan yang telah dibeli oleh huria. Sebanyak 83 tanda tangan berhasil
dikumpulkan yang merupakan tanda tangan warga nonkristen yang tinggal di
sekitar lahan yang akan dijadikan lahan bangunan gereja. 83 tanda tangan yang
berhasil dikumpulkan melebihi jumlah tanda tangan (50 orang) yang dipersyaratkan
dalam pengurusan perizinan pendirian bangunan gereja sebagaimana yang tercantum
di dalam SK 3 Menteri.
Akhirnya, setelah
mengalami negoisasi yang cukup intensif yang dimotori oleh Bpk. T. Hutabarat
dengan dua tokoh masyarakat tersebut dan hasilnya dibawa ke dalam rapat.
Pendeta, Parhalado, tim pembangunan dan jemaat bersepakat untuk memasuki lahan
yang baru tersebut. Tanggal 14 Maret 2004 merupakan tonggak bersejarah pertama
kali kebaktian dilakukan bukan di rumah tinggal. Jemaat bersukacita dengan
penuh semangat datang untuk memuji nama Tuhan di tempat ini. Sebelum dipakai
tempat ini lebih dahulu dibobol dan ditembok sekeliling dengan batako.
(Perpindahan/perpisahan)
belum lama berkebaktian dengan Pdt. N. br Nababan, terdengar kabar bahwa beliau
akan ditugaskan ke HKBP Duren Jawa, sebagian jemaat bersedih mengingat
pelayanan yang sangat berat yang harus dihadapi pendeta tersebut, karena belum
lagi menikmati indahnya bersekutu di lahan gereja yang baru, kemudian harus
dipisahkan oleh SK penugasan yang dikeluarkan oleh HKBP Pusat, rupanya ini
merupakan kehendak Tuhan, merupakan jawaban doa dari Pdt. N. br Nababan bahwa
beliau akan pindah jika HKBP Cibitung Resort Perumnas II Bekasi telah dapat
berkebaktian di tempat yang lebih layak. Tuhan Yesus memang penuh dengan kuasa.
Pada tangga 25 April 2004 diadakan perpisahan dengan Pendeta N. br Nababan, jemaat meneteskan air mata tak mampu menahan haru.
Pada tanggal 30 Mei 2004,
huria menerima uluan yang baru yakni Pdt. B. Tampubolon yang datang dari HKBP
Berghen Resort Kedaton Sumatera bagian Selatan.
Melihat perkembangan di
tengah-tengah jemaat memang diperlukan usaha baru untuk memperluas ruang
kebaktian. Namun keuangan sangat minim, karena beberapa program kerja yang
kurang berjalan. Dengan pembobolan beberapa dinding diharapkan mampu memuat
250-300 jemaat setiap minggunya. Diharapkan di waktu mendatang dapat dilakukan
3 kali kebaktian dam satu ibadah Minggu.
Banyaknya penderitaan
dihadapi jemaat ini ternyata itu semua merupakan upaya Tuhan untuk menguji iman
kepercayaan kita. Ucapan syukur yang tiada henti karena kuasa Yesus Kristus
yang menguatkan hati dan pikiran jemaat adalah sangat patut kita naikkan dan
menyadari besar karunia-Nya itulah yang selalu harus berada dalam setiap tingkah laku jemaat HKBP
Cibitung Resort Perumnas II Bekasi. Sehingga keindahan persekutuan antar jemaat
dan parhalado terlebih dengan Tuhan Yesus selalu menjadi kesan yang terutama
dalam kehidupan jemaat. Seperti yang difirmankan Allah pada Raja Salomo: “Mengenai
rumah yang kau bangun/kau dirikan ini, jika engkau hidup menurut segala
ketetapan-Ku dan melakukan segala peraturan-Ku dan tetap mengikuti segala
perintah-Ku dan tidak menyimpang dari pada-Nya maka Aku akan menepati janji-Ku
kepadamu yang telah Ku-firmankan kepada Daud ayahmu!”
Apa yang telah
diperjuangkan selama 15 tahun ini, membawa manfaat bagi kita semua dan terhadap
anak-anak kita semua dan kita wajib menjaga MISI dan VISI ibadah ini dengan
baik. Demikian sejarah singkat berdirinya HKBP Cibitung Resort Perumnas II
Bekasi, berdasarkan catatan St. R. Simanullang tentang apa yang terjadi di masa
lampau dan tentang apa yang terjadi di masa datang baiklah kita berserah
pada-Nya.
Kiranya Tuhan memberkati
Cibitung, 18 Agustus 2005








Komentar
Posting Komentar